ASKEP PADA
ANAK DENGAN DIARE
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT
yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang hipertensi dalam kehamilan.
Makalah ilmiah ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga
makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Sigli,……April
2018
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................... ......... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................. ......... ii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................... ......... 1
A.
Latar Belakang...................................................................... ......... 1
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................. 2
A.
Definisi hipertensi ................................................................ ......... 3
B.
Etiologi .......................................................................................... 3
C.
Pathogenesis .................................................................................. 3
D.
Komplikasi...................................................................................... 5
BAB III : PENUTUP................................................................................. ......... 10
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... ......... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare
atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih banyak
terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak
menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita).
Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar
dan harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua
yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare.
Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap
sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti
itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja diare akan membahayakan
anak. (anaksehat.blogdrive.com).
Menurut
data United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization
(WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di
dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF
memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare
Angka tersebut bahkan masih lebih
besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika digabung. Sayang, di beberapa
negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan penanganan serius.
Di
Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira
460 balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu
yang tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia
di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan
orangtua memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare.
Diare
disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi
lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor
utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan
Finger.
Oleh
karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai
penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu
pemicu diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan
infeksi mematikan di saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat
dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan. (lifestyle.okezone.com).
Angka
kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau
sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan
nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia
mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun
Sepintas
diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan untuk
mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata
ada beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau
bakteri yang masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam, alergi
makanan, reaksi obat, alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan
diare, begitu pula sejumlah penyakit tertentu.
B. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Untuk
mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare
2.
Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare
2.
Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan
diare
3.
Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak
dengan diare
4.
Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada
anak dengan diare
5.
Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada
anak dengan diare
6.
Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak
dengan diare
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Dasar Penyakit
1. Pengertian
Menurut
Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih
dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. Sedangkan
menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan
terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus. Menurut Suradi & Rita
(2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air
besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi
diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai
atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses
inflamasi pada lambung atau usus.
2. Etiologi
a.
Infeksi enteral;
infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri
(Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,
dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll),
infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C.
albicans).
b.
Infeksi parenteral;
merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare
seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya.
c.
Malabsorbsi
karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu
dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
d.
Diare dapat terjadi
karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan
tertentu.
e.
Diare dapat terjadi
karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
3. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan
Osmotik
Akibat terdapatnya
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan
sekresi Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan
elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare tidak karena peningkatan
isi rongga usus.
3. Gangguan
motilitas usus Hiper akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Patogenesis
diare akut :
-
Masuknya jada renik
yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung.
-
Jasad renik tersebut
berkembangbiak (multiplikasi) di dalam usus halus.
-
Oleh jasad renik
dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
-
Akibat toksin
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Patogenesis
diare kronis :
Lebih koplek
dan faktor-faktor yang menimbulkan wabah infeksi, bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi, dll. Sebagai
akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :
-
Kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengatakan terjadinya gangguan keseimbangan asam
basa (osidosis, metabolik, hipokalamia). - Gangguan gizi sebagai akibat
kelaparan (masukan makanan kurang,
pengeluaran bertambah).
-
Hipoklikemia
-
Gangguan sirkulasi
darah
4. Manifestasi
klinis
Diare
anak karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus ( perasaan
buang air besar yang belum tuntas ), hematoschezia(buang air besar berdarah
atau melena merupakan gejala adanya perdarahan disuatu tempat dalam saluran
pencernaan), nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare
yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat
dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa
asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa
haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak
lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan
gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena
kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan
sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan
kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang
sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia
jantung.
Penurunan
tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit
nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
5.
Dehidrasi akibat diare
1. Dehidrasi
Berat
terdapat dua atau
lebih tanda dibawah ini :
·
letargis/tidak sadar
·
mata cekung
·
malas minum
·
cubitan kulit perut
kembalisangat lambat (>2 detik)
2. Dehidrasi
Ringan Sedang
terdapat dua atau
lebih tanda dibawah ini :
§ rewel,
gelisah
§ mata
cekung
§ minum
dengan lahap
§ cubitan
kulit kembali lambat
Tanpa
Dehidrasi
tidak terdapat cukup tanda untuk
diklasifikasikan sebagi dehidrasi ringa
atau berat
v Tanda Dan Gejala
Dehidrasi
1.
Mulut dan bibirnya
terlihat kering.
2.
Tidak ada air mata
saat menangis.
3.
Terlihat lesu.
4.
Air urine berwarna
lebih gelap dan baunya lebih menyengat dari biasanya.
5.
Popoknya kering,
padahal sudah dipakai lebih dari 6 jam.
6.
Napas lebih cepat.
7.
6.
Pemeriksaan diagnostik
a.
Pemeriksaan tinja.
b.
Pemeriksaan gangguan
keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan
PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
c.
Pemeriksaan kadar
ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
d.
Pemeriksaan elektrolit
intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,
terutama dilakukan pada klien diare kronik.
7.
Penatalaksanaan
Penanggulangan
kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal
sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution
(ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala
diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah.
Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah
gejala dehidrasi nampak.
Pada
penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara
intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan
kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat
yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari
biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah
sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time
untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi
pasien kearah yang fatal.
Diare
karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila
kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare
dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare
karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia,
Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya
antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak
adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan
pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada
kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
Cara
Pembuatan Larutan Gula Garam
1. Bahan dan alat
Untuk membuat
larutan gula garam, alat-alat dan bahan yang diperlukan antara lain:
a. Gula
pasir sebanyak satu sendok teh munjung
b. Garam
dapur yang halus sebanyak ¼ (seperempat) sendok teh
c. Air
masak atau air teh yang hangat ( tidak dalam kondisi mendidih) sebanyak satu
gelas atau sekitar 200 ml
d. Gelas
belimbing/lainnya yang sama ukurannya, dan sendok teh
2. Cara pembuatan
a. Cucilah
tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum membuat LGG
b. Tuangkan
air masak atau air teh ke dalam gelas sebanyak satu gelas penuh
c. Tuangkan
gula dan garam dengan ukuran yang tepat ke dalam gelas
d. Aduklah
sampai larut
e. Minumkan
secara bertahap sampai habis
Dosis Pemberian Larutan Gula Garam
Untuk anak yang berusia dibawah dua
tahun diberikan ¼ hingga ½ gelas saja. Untuk anak yang berusia dua tahun keatas
berikan ½ hingga 1 gelas. Sedangkan jika anak yang sudah besar atau dewasa
dianjurkan untuk minum sebanyak-banyaknya.
8.
Komplikasi
Menurut
Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi,
hipokalemia, hipokalsemia, disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia
dan hipokalsemia), hiponatremia, dan shock hipovolemik.
B.
Konsep
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan
fisik. Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
1.
Identitas klien.
2.
Riwayat keperawatan.
–
Awalan serangan :
Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul
diare.
–
Keluhan utama : Faeces
semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala
dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan
turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB
lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat
kesehatan masa lalu.
Riwayat
penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4. Riwayat
psikososial keluarga.
Hospitalisasi
akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah
menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa
bersalah.
5. Kebutuhan
dasar.
Pola
eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
Pola nutrisi :
diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan
pasien.
Pola
tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
Pola hygiene :
kebiasaan mandi setiap harinya.
Aktivitas :
akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi
abdomen.
6. Pemerikasaan
fisik.
a.
Pemeriksaan psikologis
:
Keadaan umum
tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat
dan lemah, pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan
sistematik :
§ Inspeksi
: mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat
badan menurun, anus kemerahan.
§ Perkusi
: adanya distensi abdomen.
§ Palpasi
: Turgor kulit kurang elastis
§ Auskultasi
: terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan
tingkat tumbuh kembang.
d. Pada
anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.
e. Pemeriksaan
penunjang.
f. Pemeriksaan
tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab
secara kuantitatip dan kualitatif.
9.
Diagnosa yang Mungkin
Muncul
a.
Kekurangan volume
cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas
(mual).
b.
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan
peristaltik usus.
c.
Nyeri (akut) b.d
hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
d.
Kecemasan keluarga b.d
perubahan status kesehatan anaknya
e.
Kurang pengetahuan
keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan
informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan
kognitif.
f.
Kecemasan anak b.d
perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru
C. Askep Pada Anak Dengan Diare
1.
Prenatal
Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir,
gestasi (fulterm, prematur, post matur), abortus atau lahir hidup, kesehatan
selama sebelumnya/kehamilan, dan obat-obat yang dimakan serta imunisasi.
2.
Natal
Lamanya proses persalinan, tempat
melahirkan, obat-obatan, orang yang menolong persalinan, penyulit persalinan.
3.
Post natal
Berat
badan nomal 2,5 Kg – 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm, kondisi kesehatan
baik, apgar score , ada atau tidak ada kelainan kongenital.
4.
Feeding
Air susu ibu atau formula, umur disapih (2
tahun), jadwal makan/jumlahnya, pengenalan makanan lunak pada usia 4-6 bulan,
peubahan berat-badan, masalah-masalah feeding (vomiting, colic, diare), dan
penggunaan vitamin dan mineral atau suplemen lain.
5.
Penyakit sebelumnya
Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit,
penyembuhan, kompliksi, insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon
emosi terhadap rawat inap sebelumnya.
6.
Alergi
Apakah pernah menderita hay fever, asthma,
eksim. Obat-obatan, binatang, tumbuh-tumbuhan, debu rumah
7.
Obat-obat terakhir yang didapat
Nama, dosis,
jadwal, lamanya, alasan pemberian.
8.
Imunisasi
Polio,
hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, reaksi yang
terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain, gamma
globulin/transfusi, pemberian tubrkulin test dan reaksinya.
9.
Tumbuh Kembang
Berat
waktu lahir 2, 5 Kg – 4 Kg. Berat badan bertambah 150 – 200 gr/minggu, TB
bertambah 2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan. Gigi mulai
tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, dan bisa
berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan.
1.
Riwayat Psikososial
Anak
sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua orang tuanya dan
sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia 3 tahun (toddlers)
sudah belajar bermain dengan teman sebaya.
2.
Riwayat Spiritual
Anak
sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa.
3.
Reaksi Hospitalisasi
·
Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi
dari keluarga dan lingkungan yang dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sedih
·
Perubahan pola kegiatan rutin
·
Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi
·
Kehilangan otonomi
·
Takut keutuhan tubuh
·
Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk
mempelajari dunianya dan terbatasnya kesempatan untuk melaksanakan
kesenangannya
1.
Aktivitas
Sehari-Hari
a.
Kebutuhan cairan pada usia 3 tahun adalah
110-120 ml/kg/hari
b.
Output cairan :
(a) IWL (Insensible Water Loss)
(1) Anak : 30
cc / Kg BB / 24 jam
(2) Suhu tubuh
meningkat : 10 cc / Kg BB + 200 cc (suhu tubuh – 36,8 oC)
(b) SWL (Sensible Water Loss)
adalah hilangnya cairan yang dapat diamati,misalnya berupa kencing dan faeces.
Yaitu :
1)
Urine : 1 – 2 cc / Kg BB / 24 jam
2)
Faeces : 100 – 200 cc / 24 jam
3)
Pada usia 3 tahun sudah diajarkan toilet
training.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-tanda vital
Suhu badan : mengalami peningkatan
Nadi : cepat dan lemah
Pernafasan : frekuensi nafas meningkat
Tekanan darah : menurun
b) Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi
badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan
diare mengalami penurunan berat badan.
c) Pernafasan
Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan
tidak ditemukan bunyi nafas tambahan.
d) Cardiovasculer
Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat
dan lemah.
e) Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut
kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi
encer
f) Perkemihan
Volume diuresis menurun.
g) Muskuloskeletal
Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.
h) Integumen
Lecet pada sekitar anus, kulit teraba
hangat, turgor kulit jelek
i) Endokrin
Tidak ditemukan adanya kelaianan.
j) Penginderaan
Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada
kelainan
k) Reproduksi
Tidak
mengalami kelainan.
l) Neorologis
Dapat terjadi
penurunan kesadaran.
3. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
1)
Motorik Kasar
2)
Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu,
mamakai baju dengan bantuan, mulai bisa bersepeda roda tiga.
3)
Motorik Halus
4)
Menggambat lingkaran, mencuci tangan sendiri dan
menggosok gigi
5)
Personal Sosial
6)
Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya.
1. Fokus Pengkajian
1.
Identitas
pasien.
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama
panggilan : Ani
2. Tempat tanggal lahir / Usia : Lombok, 2 Januari 2013 / 5 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan : -
6. A l a m a t : Lombok
7. Tanggal masuk : 17 April 2018
8. Tanggal
pengkajian : 18 April
2018
9. Diagnosa Medik : diare
10. Rencana
therapi : -
B. Identitas Orang Tua
1. Ayah
a. Nama : Sigit
b. Usia : 38 tahun
c. Pendidikan : SMA 1 Lombok
d. Pekerjaan / Sumber penghasilan
: Buruh / Tidak Tentu
e. Agama : Islam
f. Alamat :
Lombok
2. Ibu
a. Nama : Een
b. Usia : 30 Tahun
c. Pendidikan : SMP 3 Lombok
d. Pekerjaan / Sumber penghasilan : MRT
/ -
e. Agama : Islam
f. Alamat : Lombok
C.
Identitas Saudara Kandung
NO
|
N A M A
|
USIA
|
HUBUNGAN
|
KETERANGAN
|
1
2
|
Rival
Adi
|
12
tahun
8
tahun
|
Saudara
kandung
Saudara
kandung
|
Anak
pertama
Anak
kedua
|
2.
Keluhan utama
a.
ibu
mengatakan anak nya muntah- muntah tadi malam sebanyak 8 kali
b.
Anaknya tidak nafsu makan.
Analisa Data
Data
|
problem
|
etiologi
|
Ds: ibu klien
mengatatakan anak nya muntah- muntah
Do:-klien tampak
pucat
-lemas
-turgor kulit jelek
|
Kekuranagan volume
cairan dan elektrolit
|
Intake yang tidak
adekuat
|
Ds: klien mengatakan anaknya tidak nafsu makan .
DO : -
klien tampak lemas dan pucat
|
gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebetuhan tubuh
|
anoreksia
|
4.
Diagnosa Keperawatan
a.
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan intake yang kurang adekuat
b.
gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebetuhan tubuh b/d anoreksia
5.
Rencana
Keperawatan
a.
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan intake yang kurang adekuat
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Mengukur tanda vital pasien
b.
Menganjurkan agar minum yang banyak kepada
pasien
c.
Mengukur input dan output tiap 6 jam
d.
Memberikan cairan lewat parenteral
|
a.
Tanda vital ( nadi dan tensi ) menggambarkan
keseimbangan cairan dan elektrolit pasien
b.
Alternatif penggantian cairan secara cepat
c.
Input dan output menggambarkan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh pasien
d.
Sebagai alternatif pengganntian cairan cepat
melalui parenteral
|
b.
gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebetuhan tubuh b/d anoreksia
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Mengukur dan mencatat BB pasein
b.
Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi
sering
c.
Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan
selera makan
d.
Memberikan makanan tinggi TKTP
e.
Memberi motivasi kepada pasien agar mau makan.
f.
Memberi makan lewat parenteral ( D 5% )
|
a.
BB menggambarkan status gizi pasien
b.
Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan
mencegah muntah
c.
Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan
pasien
d.
Protein mempengaruhi tekanan osmotik pembuluh
darah
e.
Alternatif lain meningkatkan motivasi pasien
untuk makan
f.
Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui
parenteral
|
6. Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran
keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai
maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian
dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam
evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai
tujuan tercapai.
BAB III
PENUTUP
A. Kseimpulan
Diare merupakan keadaan ketika
individu mengalami atau berisiko mengalami defekasi berupa feses cair atau feses tidak berbentuk
dalam frekuensi yang sering .Diare adalah pasase feses yang lunak dan tidak
berbentuk. Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diare merupakan
situasi dimana seorang individu mengalami sensasi rasa sakit perut seperti
melilit atau mulas kemudian defekasi berupa feses yang encer atau lunak dan
tidak berbentuk serta dikeluarkan secara terus- menerus dengan frekuensi lebih
dari 3 kali.
B. Saran
Kami harap laporan ini dapat
berguna untuk semua yang membacanya, untuk pasien yang mengalami diare
diharapkan untuk banyak minum sebagai pengganti cairan elektrolit seperti
oralit dan nori
DAFTAR PUSTAKA
A.H. Markum, 1991, Buku Ajar
Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Ngastiyah, 997, Perawatan Anak
Sakit, EGC, Jakarta
Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang
Anak, EGC, Jakarta
FKUI, Jakarta.
Suharyono, 1986, Diare Akut,
lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar