Kamis, 27 September 2018

ASKEP PADA ANAK DENGAN DIARE



ASKEP PADA ANAK DENGAN DIARE


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang hipertensi dalam kehamilan.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
   
Sigli,……April 2018
   

Penyusun









DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR................................................................................... ......... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ......... ii
BAB I      :    PENDAHULUAN..................................................................... ......... 1
A.    Latar Belakang...................................................................... ......... 1

                                                                                               
BAB II    :    PEMBAHASAN................................................................................. 2
A.    Definisi hipertensi ................................................................ ......... 3
B.     Etiologi .......................................................................................... 3
C.     Pathogenesis .................................................................................. 3
D.    Komplikasi...................................................................................... 5

BAB III   :    PENUTUP................................................................................. ......... 10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... ......... 11

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua.  sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak. (anaksehat.blogdrive.com).
            Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan penanganan serius.
            Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare.
            Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger.
            Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan. (lifestyle.okezone.com).
            Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun
            Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata ada beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam, alergi makanan, reaksi obat, alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula sejumlah penyakit tertentu.

B.       Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
            Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare
2.      Tujuan Khusus
1.         Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare
2.         Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare
3.         Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare
4.         Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare
5.         Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare
6.         Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Konsep Dasar Penyakit
1.      Pengertian
            Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus. Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
            Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
2.      Etiologi
a.    Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab   utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b.    Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
c.    Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
d.   Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
e.    Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
3.      Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1.      Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2.      Gangguan sekresi Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi  peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga usus.
3.      Gangguan motilitas usus Hiper akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Patogenesis diare akut :
-          Masuknya jada renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
-          Jasad renik tersebut berkembangbiak (multiplikasi) di dalam usus halus.
-          Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
-          Akibat toksin hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Patogenesis diare kronis :
Lebih koplek dan faktor-faktor yang menimbulkan wabah infeksi, bakteri,  parasit, malabsorbsi, malnutrisi, dll. Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :
-          Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengatakan terjadinya gangguan keseimbangan asam basa (osidosis, metabolik, hipokalamia). - Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang,  pengeluaran bertambah).
-          Hipoklikemia
-          Gangguan sirkulasi darah

























4.      Manifestasi klinis
            Diare anak karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus ( perasaan buang air besar yang belum tuntas ), hematoschezia(buang air besar berdarah atau melena merupakan gejala adanya perdarahan disuatu tempat dalam saluran pencernaan), nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
            Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
            Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
            Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
5.      Dehidrasi akibat diare
1.      Dehidrasi Berat
terdapat dua atau lebih tanda dibawah ini :
·         letargis/tidak sadar
·         mata cekung
·         malas minum
·         cubitan kulit perut kembalisangat lambat (>2 detik)

2.      Dehidrasi Ringan Sedang
terdapat dua atau lebih tanda dibawah ini :
§  rewel, gelisah
§  mata cekung
§  minum dengan lahap
§  cubitan kulit kembali lambat

Tanpa Dehidrasi
        tidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagi dehidrasi ringa  atau berat
v  Tanda Dan Gejala Dehidrasi
1.          Mulut dan bibirnya terlihat kering.
2.          Tidak ada air mata saat menangis.
3.          Terlihat lesu.
4.         Air urine berwarna lebih gelap dan baunya lebih menyengat dari biasanya.
5.          Popoknya kering, padahal sudah dipakai lebih dari 6 jam.
6.          Napas lebih cepat.
7.           
6.      Pemeriksaan diagnostik
a.       Pemeriksaan tinja.
b.      Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
c.       Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
d.      Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
7.            Penatalaksanaan
            Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
            Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
            Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
            Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
            Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
Cara Pembuatan Larutan Gula Garam
1.    Bahan dan alat
Untuk membuat larutan gula garam, alat-alat dan bahan yang diperlukan antara lain:
a.       Gula pasir sebanyak satu sendok teh munjung
b.      Garam dapur yang halus sebanyak ¼ (seperempat) sendok teh
c.       Air masak atau air teh yang hangat ( tidak dalam kondisi mendidih) sebanyak satu gelas atau sekitar 200 ml
d.      Gelas belimbing/lainnya yang sama ukurannya, dan sendok teh
2.    Cara pembuatan
a.       Cucilah tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum membuat LGG
b.      Tuangkan air masak atau air teh ke dalam gelas sebanyak satu gelas penuh
c.       Tuangkan gula dan garam dengan ukuran yang tepat ke dalam gelas
d.      Aduklah sampai larut
e.       Minumkan secara bertahap sampai habis
  Dosis Pemberian Larutan Gula Garam
Untuk anak yang berusia dibawah dua tahun diberikan ¼ hingga ½ gelas saja. Untuk anak yang berusia dua tahun keatas berikan ½ hingga 1 gelas. Sedangkan jika anak yang sudah besar atau dewasa dianjurkan untuk minum sebanyak-banyaknya.
8.            Komplikasi
            Menurut Broyles (1997) komplikasi diare  ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia, disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia), hiponatremia, dan shock hipovolemik.

B.       Konsep Asuhan Keperawatan
            Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
1.      Identitas klien.
2.      Riwayat keperawatan.
        Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.
        Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3.      Riwayat kesehatan masa lalu.
            Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4.      Riwayat psikososial keluarga.
            Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5.      Kebutuhan dasar.
            Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien.
            Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
6.      Pemerikasaan fisik.
a.       Pemeriksaan psikologis :
Keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b.      Pemeriksaan sistematik :
§  Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
§  Perkusi : adanya distensi abdomen.
§  Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
§  Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c.       Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
d.      Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi  sehingga berat badan menurun.
e.       Pemeriksaan penunjang.
f.       Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
9.            Diagnosa yang Mungkin Muncul
a.       Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
b.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
c.       Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
d.      Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
e.       Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
f.       Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru

C.    Askep Pada Anak Dengan Diare
1.      Prenatal
Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (fulterm, prematur, post matur), abortus atau lahir hidup, kesehatan selama sebelumnya/kehamilan, dan obat-obat yang dimakan serta imunisasi.
2.      Natal
Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang menolong persalinan, penyulit persalinan.
3.      Post natal
Berat badan nomal 2,5 Kg – 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm, kondisi kesehatan baik, apgar score , ada atau tidak ada kelainan kongenital.
4.      Feeding
Air susu ibu atau formula, umur disapih (2 tahun), jadwal makan/jumlahnya, pengenalan makanan lunak pada usia 4-6 bulan, peubahan berat-badan, masalah-masalah feeding (vomiting, colic, diare), dan penggunaan vitamin dan mineral atau suplemen lain.
5.      Penyakit sebelumnya
Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan, kompliksi, insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi terhadap rawat inap sebelumnya.
6.      Alergi
Apakah pernah menderita hay fever, asthma, eksim. Obat-obatan, binatang, tumbuh-tumbuhan, debu rumah
7.      Obat-obat terakhir yang didapat
Nama, dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian.
8.      Imunisasi
Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, reaksi yang terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain, gamma globulin/transfusi, pemberian tubrkulin test dan reaksinya.
9.      Tumbuh Kembang
Berat waktu lahir 2, 5 Kg – 4 Kg. Berat badan bertambah 150 – 200 gr/minggu, TB bertambah 2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan. Gigi mulai tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, dan bisa berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan.
1.      Riwayat Psikososial
Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua orang tuanya dan sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia 3 tahun (toddlers) sudah belajar bermain dengan teman sebaya.
2.      Riwayat Spiritual
Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa.
3.      Reaksi Hospitalisasi
·           Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan lingkungan yang dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sedih
·           Perubahan pola kegiatan rutin
·           Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi
·           Kehilangan otonomi
·           Takut keutuhan tubuh
·           Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan terbatasnya kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya
1.      Aktivitas Sehari-Hari
a.          Kebutuhan cairan pada usia 3 tahun adalah 110-120 ml/kg/hari
b.         Output cairan :
(a)  IWL (Insensible Water Loss)
(1) Anak : 30 cc / Kg BB / 24 jam
(2) Suhu tubuh meningkat : 10 cc / Kg BB + 200 cc (suhu tubuh – 36,8 oC)
(b) SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang dapat diamati,misalnya berupa kencing dan faeces. Yaitu :
1)      Urine : 1 – 2 cc / Kg BB / 24 jam
2)      Faeces : 100 – 200 cc / 24 jam
3)      Pada usia 3 tahun sudah diajarkan toilet training.
2.    Pemeriksaan Fisik
a)     Tanda-tanda vital
Suhu badan : mengalami peningkatan
Nadi : cepat dan lemah
Pernafasan : frekuensi nafas meningkat
Tekanan darah : menurun
b)     Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan.
c)     Pernafasan
Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi nafas tambahan.
d)     Cardiovasculer
Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
e)      Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer
f)      Perkemihan
Volume diuresis menurun.
g)     Muskuloskeletal
Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.
h)    Integumen
       Lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek
i)      Endokrin
Tidak ditemukan adanya kelaianan.
j)      Penginderaan
 Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan
k)     Reproduksi
Tidak mengalami kelainan.
l)      Neorologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran.
3. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
1)      Motorik Kasar
2)      Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju dengan bantuan, mulai bisa bersepeda roda tiga.
3)      Motorik Halus
4)      Menggambat lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi
5)      Personal Sosial
6)      Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya.



1. Fokus Pengkajian
1.      Identitas  pasien.
A.     Identitas Klien
1.       Nama/Nama panggilan              : Ani
2.       Tempat tanggal lahir / Usia       : Lombok, 2 Januari 2013 / 5  Tahun
3.       Jenis Kelamin                            : Perempuan
4.       A g a m a                                   : Islam
5.       Pendidikan                                : -
6.       A l a m a t                                 :  Lombok
7.       Tanggal masuk                          :  17 April 2018
8.       Tanggal pengkajian                   : 18 April 2018
9.       Diagnosa Medik                        : diare
10.   Rencana therapi                           : -

B.     Identitas Orang Tua
1.       Ayah                                                       
a.       Nama                                                       : Sigit
b.       Usia                                                         : 38 tahun
c.       Pendidikan                                              : SMA 1 Lombok
d.       Pekerjaan / Sumber penghasilan             : Buruh / Tidak Tentu
e.       Agama                                                     : Islam
f.        Alamat                                                    :  Lombok
2.       Ibu
a.       Nama                                                       : Een
b.       Usia                                                         : 30 Tahun
c.       Pendidikan                                                          : SMP 3 Lombok
d.       Pekerjaan / Sumber penghasilan             :  MRT / -
e.       Agama                                                     : Islam
f.        Alamat                                                    : Lombok

C.     Identitas Saudara Kandung
NO
N  A  M  A
USIA
HUBUNGAN
KETERANGAN
1

2
 Rival

Adi
12 tahun

8 tahun
Saudara kandung
Saudara kandung
Anak pertama

Anak kedua
2.      Keluhan utama
a.          ibu mengatakan anak nya muntah- muntah tadi malam sebanyak 8 kali
b.         Anaknya tidak nafsu makan.


Analisa Data
Data
problem
etiologi
Ds: ibu klien mengatatakan  anak nya muntah- muntah
Do:-klien tampak pucat
-lemas
-turgor kulit jelek
Kekuranagan volume cairan  dan elektrolit
Intake yang tidak adekuat
Ds: klien mengatakan anaknya tidak nafsu makan .
DO : - klien tampak lemas dan pucat



gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebetuhan tubuh
anoreksia

4.       Diagnosa Keperawatan
a.       gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang kurang adekuat
b.      gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebetuhan tubuh b/d anoreksia

5.      Rencana Keperawatan
a.    gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang kurang adekuat

Intervensi
Rasional
a.       Mengukur tanda vital pasien
b.      Menganjurkan agar minum yang banyak kepada pasien
c.       Mengukur input dan output tiap 6 jam
d.      Memberikan cairan lewat parenteral
a.       Tanda vital ( nadi dan tensi ) menggambarkan keseimbangan cairan dan elektrolit pasien
b.      Alternatif penggantian cairan secara cepat
c.       Input dan output menggambarkan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh pasien
d.      Sebagai alternatif pengganntian cairan cepat melalui parenteral

b.    gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebetuhan tubuh b/d anoreksia
Intervensi
Rasional
a.       Mengukur dan mencatat BB pasein
b.      Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
c.       Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan
d.      Memberikan makanan tinggi TKTP
e.       Memberi motivasi kepada pasien agar mau makan.
f.       Memberi makan lewat parenteral ( D 5% )

a.       BB menggambarkan status gizi pasien
b.      Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
c.       Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d.      Protein mempengaruhi tekanan osmotik pembuluh darah
e.       Alternatif lain meningkatkan motivasi pasien untuk makan
f.       Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral

6.      Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya
7.      Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.















BAB III
PENUTUP

A.    Kseimpulan
Diare merupakan keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami defekasi  berupa feses cair atau feses tidak berbentuk dalam frekuensi yang sering .Diare adalah pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk. Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diare merupakan situasi dimana seorang individu mengalami sensasi rasa sakit perut seperti melilit atau mulas kemudian defekasi berupa feses yang encer atau lunak dan tidak berbentuk serta dikeluarkan secara terus- menerus dengan frekuensi lebih dari 3 kali.

B.     Saran
Kami harap laporan ini dapat berguna untuk semua yang membacanya, untuk pasien yang mengalami diare diharapkan untuk banyak minum sebagai pengganti cairan elektrolit seperti oralit dan nori













DAFTAR PUSTAKA
A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
FKUI, Jakarta.
Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar